Mesothelioma is a form of cancer which occurs in thin membranes (called the mesothelium) lining the chest, lungs, abdomen and sometimes the heart. Although quite rare, mesothelioma symptoms strike more than 200 people each year in the United States. The majority of mesothelioma cases are directly linked to asbestos exposure.
Because of the long latency period of mesothelioma, the average age of patients is between 50 and 70 years. Mesothelioma affects men most due to the high exposure of asbestos in industrial typed jobs. Mesothelioma symptoms include respiratory problems, shortness of breath, continual cough and pneumonia. Other mesothelioma symptoms include weight loss, abdominal problems and swelling. In some mesothelioma patients, the mesothelioma symptoms are quite muted, making it hard for mesothelioma doctors to diagnose.
Mesothelioma doctors specialize in the study, research, and treatments of Mesothelioma cancers.
Mesothelioma (or the cancer of the mesothelium) is a disease in which cells become abnormal and replicate without control. During Mesothelioma, these cells will invade and damage tissues and organs. Mesothelioma cancer cells can spread throughout the body causing death.
Mesothelioma treatments and Mesothelioma clinical trials and tests
There are many mesothelioma treatment options available. Treatments include surgery, radiation therapy and chemotherapy and the mesothelioma treatment depends on the patient’s age, general health and stage of the cancer. There has been much mesothelioma research conducted throughout the past two years to find new treatment methods. Click here to read more about mesothelioma treatment techniques.
Through mesothelioma research, The National Cancer Institute has sponsored mesothelioma tests and clinical trials that are designed to find new treatment methods. Because of the increase in number of mesothelioma cases in the United States, both governments have increased funding for mesothelioma research. Mesothelioma research and clinical trials have been successful in developing new techniques to fight this cancer and the outlook for more advanced mesothelioma treatments is promising.
Surgery is the most common treatment method for malignant mesothelioma. Tissues and linings affected by mesothelioma are removed by the doctor and may include the lung or even diaphragm.
A second mesothelioma treatment method is radiation therapy through the use of high energy x-rays that kill the cancer cells. Radiation therapy can be outside or inside the body.
A third mesothelioma treatment method is chemotherapy. Through pills or drugs through needles, chemotherapy drugs are used to kill cancer cells.
A new mesothelioma treatment method is called intraoperative photodynamic therapy. In this treatment, light and drugs are used to kill cancer cells during surgery for early stages of mesothelioma in the chest. Although there are numerous treatments and drugs for mesothelioma, doctors are losing the battle against this deadly disease. Most mesothelioma treatments involve old techniques combined with different drug cocktails. However, in most cases, these mesothelioma treatments have many side effects including organ damage, nausea, increase in heart failure etc. The rush to find a more effective mesothelioma treatment or even cure is ongoing at numerous clinical labs across the nation. Let's hope that the mesothelioma treatments will one day erradicate mesothelioma cancer and asbestosis.
With an abundance of information on the Internet, Mesothelioma Cancer and Asbestos ([http://www.mesothelioma-cancer-and-asbestos.com]) has consolidated the most important issues surrounding Mesothelioma, Mesothelioma doctors and symptoms, Mesothelioma treatment, Mesothelioma research and tests.
At [http://www.mesothelioma-cancer-and-asbestos.com], the website contains useful resources on Mesothelioma lawyers and attorneys, as well as causes by asbestos exposure, asbestos removal, asbestos attorneys and lawsuits, and asbestos cancer. Patients stricken by Mesothelioma and their families require support and current information. Mesothelioma Online Resources hopes to educate and give hope to survivors and victims.
Mesothelioma is such a harsh disease. Not only does it take years for symptoms to appear, but there are limited treatements and drugs that will prolong the lives of workers stricken with mesothelioma. In many cases, the death rate of mesothelioma is unfortunately very high. However, with increased funding in mesothelioma research through the government and private grants, the outlook for a mesothelioma cure is quite possible. In the meantime, mesothelioma support groups and local discussions provide the ongoing support for mesothelioma patients.
Mesothelioma Cancer and Asbestos ([http://www.mesothelioma-cancer-and-asbestos.com])is your source for mesothelioma and asbestos information, treatments, clinical trials, attorneys, support groups and lawyers.
About the website: Michael Kenneth is a successful Internet Publisher and has researched and written on many topics for [http://www.mesothelioma-cancer-and-asbestos.com] - your complete source for mesothelioma information, mesothelioma attorneys and lawyers, mesothelioma treatments and research, asbestos exposure and removal, asbestos attorneys and legislation as well as asbestos cancer.
Loading...
Assalamu'allaikum warohmatullohi wabarokatuh
MAKNA 'IDUL ADHA BAGI KEHIDUPAN
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan sembelihlah hewan ( qurban). Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al-Kausar : 1-3)
Pemberian nikmat oleh Allah kepada manusia tak terhingga. Anak isteri dan harta kekayaan adalah sebagian nikmat dari Allah. Kesehatan dan kesempatan juga nikmat yang sangat penting. Manusia juga diberi nikmat pangkat, kedudukan, jabatan , dan kekuasaan. Segala yang dimiliki manusia adalah nikmat dari Allah, baik berupa materi maupun non materi. Namun bersanmaan itu pula , semua nikmat tersebut sekaligus menjadi cobaan atau ujian , fitnah atau bala’ bagi manusia dalam kehidupannya. Allah berfirman : “Dan ketahuilah bahwasanya harta kekayaanmu dan anak-nakmu adalah fitnah (cobaan). Dan sesungguhnya Allah mempunyai pahala yang besar”(QS. Al-Anfal : 28).
Meskipun Allah memberikan nikmat-Nya yang tak terhingga kepada manusia, tetapi dalam kenyataan Allah melebihkan apa yang diberikan kepada seseorang daripada yang lain. Sehingga ada yang kaya raya, cukup kaya, miskin, bahkan ada yang menjadi seorang papa , gelandangan, berteduh di kolong langit. Demikian juga ada yang menjadi penguasa ada yang rakyat jelata. Ada pimpinan/ kepala dan ada bawahan / anak buah. Ini semua juga dalam rangka cobaan bagi siapa yang benar-benar mukmin dan siapa yang hanya mukmin di bibir saja.
Salah satu bukti bahwa seorang mukmin telah lulus cobaan dalam nikmat harta kekayaan adalah ia dengan ikhlas mengunakannya untuk ibadah haji. Sehingga bagi orang demikian akan memperoleh haji yang mabrur. Sedang haji mabrur pahalanya hanyalah surga, sebagaimana sabda Nabi SAW : “Orang yang dapat mencapai haji yang mabrur tiada pahala yang pantas baginya selain surga”. (Al-Hadis).
Betapa gembira dan bahagianya orang kaya yang dapat mencapai haji mabrur demikian. Belum lagi jika ia sempat salat berjamaah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, maka tiada terkira lagi pahalanya. Namun ini konteksnya adalah orang yang kaya. Sedang orang yang tidak mampu / miskin tidak perlu berkecil hati. Bagi kita yang tidak mampu , maka konteksnya terkandung dalam hadis Nabi SAW berikut :
"Hajinya orang yang tidak mampu (ke tanah suci Makkah) adalah berpuasa pada hari Arafah (9 Zul Hijjah).”
Itulah, maka sangat disayangkan bila di antara kita ada yang menyia-siakan kesempatan dari Allah, yakni tidak mau berpuasa pada tanggal 9 Zul Hijjah, yang disebut puasa Arafah itu.
Cobaan tentang harta kekayaan juga berkaitan dengan pelaksanaan ibadah udhiyah, yakni menyembelih hewan yang terkenal dengan hewan qurban di hari raya. Karena pada hari ini Allah mensyariatkan untuk ber-udhiyah (menyembelih hewan), maka hari raya ini disebut dengan hari raya Adha , wa biha sumiya yaumal-adha. Demikian juga penjelasan Rasulullah SAW : “Hari raya fitrah (“Idul Fitri) adalah pada hari manusia berbuka menyudahi puasa Ramadan. Sedangkan hari raya Adha (“Idul Adha) adalah pada hari manusia ber-udhiyah (menyembelih hewan)” (HR. Tirmizi).
Maka salah satu bukti lagi bahwa seseorang lulus dari cobaan harta adalah ia dengan ikhlas mau mengunakannya untuk ber-udhiyah (menyembelih hewan), baik itu berupa sapi, kerbau, maupun kambing. Ini tergantung pada kemampuan masing-masing. Seekor kambing boleh digunakan untuk satu orang beserta keluarga seisi rumahnya. Sedang sapi / kerbau boleh untuk tujuh orang beserta keluarga seisi rumah mereka masing-masing. Daging sembelihan (qurban) ini termasuk syiar agama, yakni untuk dimakan, menjamu tamu, diberikan kepada yang meminta (orang miskin) atau yang tidak meminta (orang mampu). Daging ini juga boleh disimpan untuk dimakan hingga hari tasyrik (11,12,13 Zul Hijjah). Allah berfirman : “Makanlah sebagiannya dan untuk memberi makan orang yang tidak meminta dan orang yang meminta”. (QS. Al-Hajj : 36).
Nabi bersabda :
“Makanlah, untuk memberi makan, dan simpanlah !” (HR. Muttafaq alaih)
Sementara itu, cobaan besar terhadap sesuatu yang dimiliki manusia pernah dialami Abul Anbiya’ Khalilurrahman Ibrahim AS. Beliau telah lulus ujian atau cobaan dari Allah. Hal ini didokumentasikan dalam Al-Qur’an :
Dan ketika Ibrahim diberi cabaan (bala’) oleh Tuhannya dengan beberapa kalimat (berbagai cobaan) , lalu Ibrahim lulus dalam cobaan itu. Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku menjadikan kamu hai Ibrahim Imam semua manusia ..... (QS. Al-Baqarah : 124)
Kelulusan Ibrahim tidak hanya dalam melaksanakan perintah Allah, tetapi juga dalam kebijaksanaannya menyampaikan perintah itu kepada anaknya yang sangat dicintainya. Beliau tidak langsung mengambilnya tiba-tiba dan tidak pula mencari kelengahan, atau dengan taktik menculik, teror, dan intimidasi. Meskipun Ibrahim memiliki massa yang banyak, tetapi beliau tidak menggunakan massa agar anaknya bertekuk lutut di hadapannya. Perintah Allah disampaikannya dengan transparan penuh argumentasi Ilahiah.
Sedangkan Ismail, anak yang patuh dan mengerti kedudukan orang tuanya dan posisinya sebagai anak, ia tidak membangkang dan tidak bimbang. Ismail memberikan jawaban yang memancarkan keimanan, tawaddu’, dan tawakkal kepada Allah, bukan untuk menonjolkan kepahlawanan atau kegagahan, mencari popularitas. Ia tidak melakukan unjuk rasa yang konfrontatif tanpa mengindahkan akhlakul karimah atau dengan kekerasan untuk memprotes kehendak bapaknya.
Sungguh dua tokoh bapak dan anak ini merupakan uswah hasanah bagi umat manusia. Bahkan syariat Nabi Muhammad SAW merupakan syariat yang dulunya telah diwahyukan Allah kepada Ibrahim (Asy-Syura : 13). Maka kita menyembelih hewan qurban (udhiyah) di hari ‘Idul Adha ini termasuk meneladani sunnah Ibrahim, sebagaimana sabda Nabi SAW : “Sunnatu abikum Ibrahim.” (Sunnah bapakmu Ibrahim) (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
‘Idul Adha memiliki makna yang penting dalam kehidupan. Makna ini perlu kita renungkan dalam-dalam dan selalu kita kaji ulang agar kita lulus dari berbagai cobaan Allah. Makna ‘Idul Adha tersebut :
1. Menyadari kembali bahwa makhluk yang namanya manusia ini adalah kecil belaka, betapapun berbagai kebesaran disandangnya. Inilah makna kita mengumandangkan takbir : Allahu akbar !
2. Menyadari kembali bahwa tiada yang boleh di-Tuhankan selain Allah. Menuhankan selain Allah bukanlah semata-mata menyembah berhala seperti di zaman jahiliah. Di zaman globalisasi ini orang dapat menuhankan tokoh (individu), lebih-lebih lagi si Tokoh itu sempat menjadi pucuk pimpinan partainya, menjadi presiden/wakil presiden, atau ketua lembaga perwakilan rakyat. Orang sekarang juga cenderung menuhankan politik dan ekonomi. Politik adalah segala-galanya dan ekonomi adalah tujuan hidupnya yang sejati. Bahkan HAM (Hak Asasi Manusia) menjadi acuan utama segala gerak kehidupan , sementara HAT (Hak Asasi Tuhan) diabaikan. Inilah makna kita kumandangkan kalimah tauhid : La ilaha illallah !
3. Menyadari kembali bahwa pada hakikatnya yang memiliki puja dan puji itu hanyalah Allah. Maka alangkah celakanya orang yang gila puja dan puji, sehingga kepalanya cepat membesar, dadanya melebar, dan hidungnya bengah, bila dipuji orang lain. Namun segera naik pitam, wajah merah, dan jantung berdetak melambung, bila ada orang yang mencela ,mengkritik, dan mengoreksinya. Inilah makna kita kumandangkan tahmid : Wa lillahil-hamd !
4. Menyadari kembali bahwa manusia ini ibarat sedang melancong atau bepergian, yang suatu saat rindu untuk pulang ke tempat tinggal asal, yakni tempat yang mula-mula dibangun rumah ibadah bagi manusia, Ka’bah, Baitullah. Inilah salah satu makna bagi yang istita’ah (berkemampuan) tidak menunda-nunda lagi berhaji ke Baitullah. Di sini pula manusia disadarkan kembali bahwa pada hakikatnya manusia itu satu keluarga dalam ikatan satu keimanan. Siaopa pun dia dari bangsa apapun adalah saudara bila ia mukmin atau muslim. Tetapi, bila seseorang itu kafir adalah bukan saudara kita meskipun dia lahir dari rahim ibu yang sama. Maka orang yang pulang dari haji hendaknya menjadi uswah hasanah bagi warga sekitarnya, tidak membesar-besarkan perbedaan yang dimiliki sesama muslim, terutama dalam hal yang disebut furu’iyah.
5. Menyadari kembali bahwa segala nikmat yang diberikan Allah pada hakikatnaya adalah sebagai cobaan atau ujian. Apabila nikmat itu diminta kembali oleh yang memberi , maka manusia tidak dapat berbuat apa-apa. Hari ini jadi konglomerat, esok bisa jadi melarat dengan hutang bertumpuk jadi karat. Sekarang berkuasa, lusa bisa jadi hina tersia-sia oleh massa. Kemaren jadi kepala kantor dengan mobil Timor, entah kapan, mungkin bisa jadi bahan humor karena naik sepeda bocor. Sedang nikmat yang berupa harta, hendaknya kita ikhlas untuk berinfaq di jalan Allah, seperti untuk ber-udhiyah (berqurban).
6. Percayalah, dalam hal harta apabila kita ikhlas di jalan Allah, niscaya Allah akan membalasnya dengan berlipat ganda. Tetapi, jika kita justru kikir, pelit, tamak, bahkan rakus, tunggulah kekurangan, kemiskinan, dan kegelisahan hati selalu menghimpitnya.
Akhirnya, semoga ‘Idul Adha dengan berbagai ibadah yang kita laksanakan sekarang ini dapat membangunkan kembali tidur kita . Kemudian, kita berikhtiar lagi sekuat tenaga untuk memperbanyak amal saleh sebagai pelebur amal-amal buruk selama ini. Aamiin...
MAKNA 'IDUL ADHA BAGI KEHIDUPAN
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan sembelihlah hewan ( qurban). Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al-Kausar : 1-3)
Pemberian nikmat oleh Allah kepada manusia tak terhingga. Anak isteri dan harta kekayaan adalah sebagian nikmat dari Allah. Kesehatan dan kesempatan juga nikmat yang sangat penting. Manusia juga diberi nikmat pangkat, kedudukan, jabatan , dan kekuasaan. Segala yang dimiliki manusia adalah nikmat dari Allah, baik berupa materi maupun non materi. Namun bersanmaan itu pula , semua nikmat tersebut sekaligus menjadi cobaan atau ujian , fitnah atau bala’ bagi manusia dalam kehidupannya. Allah berfirman : “Dan ketahuilah bahwasanya harta kekayaanmu dan anak-nakmu adalah fitnah (cobaan). Dan sesungguhnya Allah mempunyai pahala yang besar”(QS. Al-Anfal : 28).
Meskipun Allah memberikan nikmat-Nya yang tak terhingga kepada manusia, tetapi dalam kenyataan Allah melebihkan apa yang diberikan kepada seseorang daripada yang lain. Sehingga ada yang kaya raya, cukup kaya, miskin, bahkan ada yang menjadi seorang papa , gelandangan, berteduh di kolong langit. Demikian juga ada yang menjadi penguasa ada yang rakyat jelata. Ada pimpinan/ kepala dan ada bawahan / anak buah. Ini semua juga dalam rangka cobaan bagi siapa yang benar-benar mukmin dan siapa yang hanya mukmin di bibir saja.
Salah satu bukti bahwa seorang mukmin telah lulus cobaan dalam nikmat harta kekayaan adalah ia dengan ikhlas mengunakannya untuk ibadah haji. Sehingga bagi orang demikian akan memperoleh haji yang mabrur. Sedang haji mabrur pahalanya hanyalah surga, sebagaimana sabda Nabi SAW : “Orang yang dapat mencapai haji yang mabrur tiada pahala yang pantas baginya selain surga”. (Al-Hadis).
Betapa gembira dan bahagianya orang kaya yang dapat mencapai haji mabrur demikian. Belum lagi jika ia sempat salat berjamaah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, maka tiada terkira lagi pahalanya. Namun ini konteksnya adalah orang yang kaya. Sedang orang yang tidak mampu / miskin tidak perlu berkecil hati. Bagi kita yang tidak mampu , maka konteksnya terkandung dalam hadis Nabi SAW berikut :
"Hajinya orang yang tidak mampu (ke tanah suci Makkah) adalah berpuasa pada hari Arafah (9 Zul Hijjah).”
Itulah, maka sangat disayangkan bila di antara kita ada yang menyia-siakan kesempatan dari Allah, yakni tidak mau berpuasa pada tanggal 9 Zul Hijjah, yang disebut puasa Arafah itu.
Cobaan tentang harta kekayaan juga berkaitan dengan pelaksanaan ibadah udhiyah, yakni menyembelih hewan yang terkenal dengan hewan qurban di hari raya. Karena pada hari ini Allah mensyariatkan untuk ber-udhiyah (menyembelih hewan), maka hari raya ini disebut dengan hari raya Adha , wa biha sumiya yaumal-adha. Demikian juga penjelasan Rasulullah SAW : “Hari raya fitrah (“Idul Fitri) adalah pada hari manusia berbuka menyudahi puasa Ramadan. Sedangkan hari raya Adha (“Idul Adha) adalah pada hari manusia ber-udhiyah (menyembelih hewan)” (HR. Tirmizi).
Maka salah satu bukti lagi bahwa seseorang lulus dari cobaan harta adalah ia dengan ikhlas mau mengunakannya untuk ber-udhiyah (menyembelih hewan), baik itu berupa sapi, kerbau, maupun kambing. Ini tergantung pada kemampuan masing-masing. Seekor kambing boleh digunakan untuk satu orang beserta keluarga seisi rumahnya. Sedang sapi / kerbau boleh untuk tujuh orang beserta keluarga seisi rumah mereka masing-masing. Daging sembelihan (qurban) ini termasuk syiar agama, yakni untuk dimakan, menjamu tamu, diberikan kepada yang meminta (orang miskin) atau yang tidak meminta (orang mampu). Daging ini juga boleh disimpan untuk dimakan hingga hari tasyrik (11,12,13 Zul Hijjah). Allah berfirman : “Makanlah sebagiannya dan untuk memberi makan orang yang tidak meminta dan orang yang meminta”. (QS. Al-Hajj : 36).
Nabi bersabda :
“Makanlah, untuk memberi makan, dan simpanlah !” (HR. Muttafaq alaih)
Sementara itu, cobaan besar terhadap sesuatu yang dimiliki manusia pernah dialami Abul Anbiya’ Khalilurrahman Ibrahim AS. Beliau telah lulus ujian atau cobaan dari Allah. Hal ini didokumentasikan dalam Al-Qur’an :
Dan ketika Ibrahim diberi cabaan (bala’) oleh Tuhannya dengan beberapa kalimat (berbagai cobaan) , lalu Ibrahim lulus dalam cobaan itu. Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku menjadikan kamu hai Ibrahim Imam semua manusia ..... (QS. Al-Baqarah : 124)
Kelulusan Ibrahim tidak hanya dalam melaksanakan perintah Allah, tetapi juga dalam kebijaksanaannya menyampaikan perintah itu kepada anaknya yang sangat dicintainya. Beliau tidak langsung mengambilnya tiba-tiba dan tidak pula mencari kelengahan, atau dengan taktik menculik, teror, dan intimidasi. Meskipun Ibrahim memiliki massa yang banyak, tetapi beliau tidak menggunakan massa agar anaknya bertekuk lutut di hadapannya. Perintah Allah disampaikannya dengan transparan penuh argumentasi Ilahiah.
Sedangkan Ismail, anak yang patuh dan mengerti kedudukan orang tuanya dan posisinya sebagai anak, ia tidak membangkang dan tidak bimbang. Ismail memberikan jawaban yang memancarkan keimanan, tawaddu’, dan tawakkal kepada Allah, bukan untuk menonjolkan kepahlawanan atau kegagahan, mencari popularitas. Ia tidak melakukan unjuk rasa yang konfrontatif tanpa mengindahkan akhlakul karimah atau dengan kekerasan untuk memprotes kehendak bapaknya.
Sungguh dua tokoh bapak dan anak ini merupakan uswah hasanah bagi umat manusia. Bahkan syariat Nabi Muhammad SAW merupakan syariat yang dulunya telah diwahyukan Allah kepada Ibrahim (Asy-Syura : 13). Maka kita menyembelih hewan qurban (udhiyah) di hari ‘Idul Adha ini termasuk meneladani sunnah Ibrahim, sebagaimana sabda Nabi SAW : “Sunnatu abikum Ibrahim.” (Sunnah bapakmu Ibrahim) (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
‘Idul Adha memiliki makna yang penting dalam kehidupan. Makna ini perlu kita renungkan dalam-dalam dan selalu kita kaji ulang agar kita lulus dari berbagai cobaan Allah. Makna ‘Idul Adha tersebut :
1. Menyadari kembali bahwa makhluk yang namanya manusia ini adalah kecil belaka, betapapun berbagai kebesaran disandangnya. Inilah makna kita mengumandangkan takbir : Allahu akbar !
2. Menyadari kembali bahwa tiada yang boleh di-Tuhankan selain Allah. Menuhankan selain Allah bukanlah semata-mata menyembah berhala seperti di zaman jahiliah. Di zaman globalisasi ini orang dapat menuhankan tokoh (individu), lebih-lebih lagi si Tokoh itu sempat menjadi pucuk pimpinan partainya, menjadi presiden/wakil presiden, atau ketua lembaga perwakilan rakyat. Orang sekarang juga cenderung menuhankan politik dan ekonomi. Politik adalah segala-galanya dan ekonomi adalah tujuan hidupnya yang sejati. Bahkan HAM (Hak Asasi Manusia) menjadi acuan utama segala gerak kehidupan , sementara HAT (Hak Asasi Tuhan) diabaikan. Inilah makna kita kumandangkan kalimah tauhid : La ilaha illallah !
3. Menyadari kembali bahwa pada hakikatnya yang memiliki puja dan puji itu hanyalah Allah. Maka alangkah celakanya orang yang gila puja dan puji, sehingga kepalanya cepat membesar, dadanya melebar, dan hidungnya bengah, bila dipuji orang lain. Namun segera naik pitam, wajah merah, dan jantung berdetak melambung, bila ada orang yang mencela ,mengkritik, dan mengoreksinya. Inilah makna kita kumandangkan tahmid : Wa lillahil-hamd !
4. Menyadari kembali bahwa manusia ini ibarat sedang melancong atau bepergian, yang suatu saat rindu untuk pulang ke tempat tinggal asal, yakni tempat yang mula-mula dibangun rumah ibadah bagi manusia, Ka’bah, Baitullah. Inilah salah satu makna bagi yang istita’ah (berkemampuan) tidak menunda-nunda lagi berhaji ke Baitullah. Di sini pula manusia disadarkan kembali bahwa pada hakikatnya manusia itu satu keluarga dalam ikatan satu keimanan. Siaopa pun dia dari bangsa apapun adalah saudara bila ia mukmin atau muslim. Tetapi, bila seseorang itu kafir adalah bukan saudara kita meskipun dia lahir dari rahim ibu yang sama. Maka orang yang pulang dari haji hendaknya menjadi uswah hasanah bagi warga sekitarnya, tidak membesar-besarkan perbedaan yang dimiliki sesama muslim, terutama dalam hal yang disebut furu’iyah.
5. Menyadari kembali bahwa segala nikmat yang diberikan Allah pada hakikatnaya adalah sebagai cobaan atau ujian. Apabila nikmat itu diminta kembali oleh yang memberi , maka manusia tidak dapat berbuat apa-apa. Hari ini jadi konglomerat, esok bisa jadi melarat dengan hutang bertumpuk jadi karat. Sekarang berkuasa, lusa bisa jadi hina tersia-sia oleh massa. Kemaren jadi kepala kantor dengan mobil Timor, entah kapan, mungkin bisa jadi bahan humor karena naik sepeda bocor. Sedang nikmat yang berupa harta, hendaknya kita ikhlas untuk berinfaq di jalan Allah, seperti untuk ber-udhiyah (berqurban).
6. Percayalah, dalam hal harta apabila kita ikhlas di jalan Allah, niscaya Allah akan membalasnya dengan berlipat ganda. Tetapi, jika kita justru kikir, pelit, tamak, bahkan rakus, tunggulah kekurangan, kemiskinan, dan kegelisahan hati selalu menghimpitnya.
Akhirnya, semoga ‘Idul Adha dengan berbagai ibadah yang kita laksanakan sekarang ini dapat membangunkan kembali tidur kita . Kemudian, kita berikhtiar lagi sekuat tenaga untuk memperbanyak amal saleh sebagai pelebur amal-amal buruk selama ini. Aamiin...
Loading...
web hosting surabaya
cpanel web hosting
beli web hosting
daftar domain
membuat web hosting
jakarta web hosting
wordpress hosting indonesia
indo web hosting
web hosting termurah
hosting indonesia gratis
singapore hosting
sewa web hosting
hosting tangguh
buy hosting
vps hosting indonesia
web hosting indonesia terbaik
web hosting indonesia gratis
web hosting terbaik
hosting web
beli domain dan hosting murah
web hosting murah
beli hosting murah
daftar web hosting
shared hosting murah
web hosting murah unlimited
web hosting indonesia
web hosting terbaik indonesia
hosting murah unlimited
review hosting indonesia
70
Rp 2.03 0.47
web hosting terbaik di indonesia
90
Rp 1.96 0.46
hosting terbaik
1600
Rp 1.91 0.42
sewa hosting murah
30
Rp 1.9 0.79
hosting indonesia terbaik
390
Rp 1.89 0.4
paket hosting murah
40
Rp 1.87 0.96
vps hosting murah
30
Rp 1.85 0.97
jasa web hosting
30
Rp 1.78 0.73
hosting terbaik indonesia
880
Rp 1.77 0.44
web hosting murah indonesia
70
Rp 1.77 0.71
best hosting indonesia
90
Rp 1.7 0.62
hosting murah
5400
Rp 1.7 0.93
domain id
1000
Rp 1.69 0.45
hosting cpanel
110
Rp 1.69 0.61
hosting dan domain
210
Rp 1.66 0.64
hosting free
880
Rp 1.66 0.64
top 10 web hosting indonesia
50
Rp 1.64 0.67
bisnis hosting
50
Rp 1.63 0.43
jual domain murah
210
Rp 1.62 0.89
web hosting gratis
2900
Rp 1.62 0.55
beli domain dan hosting
590
Rp 1.6 0.68
domain hosting indonesia
50
Rp 1.6 0.82
beli hosting
390
Rp 1.58 0.72
bisnis web hosting
20
Rp 1.57 0.73
email hosting indonesia
260
Rp 1.56 0.46
membuat server hosting sendiri
70
Rp 1.52 0.16
free hosting and domain
480
Rp 1.51 0.64
harga domain
880
Rp 1.49 0.51
telkom hosting
90
Rp 1.49 0.1
hosting indonesia murah
90
Rp 1.46 0.88
hosting terbaik di indonesia
210
Rp 1.46 0.5
cara hosting web
480
Rp 1.44 0.38
unlimited hosting
140
Rp 1.44 0.92
biznet hosting
140
Rp 1.42 0.22
unlimited hosting indonesia
50
Rp 1.42 0.88
top hosting indonesia
30
Rp 1.41 0.58
hosting yang bagus
50
Rp 1.4 0.48
asian brain hosting
40
Rp 1.39 0.19
domain dan hosting murah
170
Rp 1.39 0.94
domain hosting murah
320
Rp 1.37 0.63
cara beli domain
320
Rp 1.35 0.48
beli domain murah
880
Rp 1.34 0.72
plasa hosting
260
Rp 1.34 0.15
hosting murah indonesia
jagoan hosting surabaya
jual domain
hosting server indonesia
cara pindah hosting
pasarhosting
sewa domain
webhost
cpanel hosting
hosting murah berkualitas
domain dan hosting
harga hosting
membuat server hosting
daftar hosting
harga hosting dan domain
windows hosting indonesia
jasa hosting terbaik
jasa hosting murah
hosting indonesia
domain paling murah
hosting termurah indonesia
pengertian domain dan hosting
hosting gratis terbaik
domain dan hosting gratis